Rabu, 09 November 2016

BERSYUKUR vs MENGELUH

          Pada dasarnya semua orang menginginkan kebahagiaan dan bisa menjalankan segala seusatu sesuai apa yang diharapkan. Misalkan memiliki pekerjaan yang baik, penghasilan cukup, fasilitas yang bisa menunjang kehidupan, berlibur, bahkan sampai menemukan seseorang yang bisa membuat kita bahagia. Berkaca dari hal, maka dapat dikatakan bahwa ketika segala hal ini dapat terpenuhi maka mungkin saja kita akan mampu menjalankan kehidupan dengan lebih baik. Intinya segala yang saya perlukan bisa terpenuhi. 
Ketika saya mulai manatap langkah baru dan masuk dalam dunia kerja, saya mulai berpikir bahwa saya harus memenuhi segala kebutuhan saya karena saya sudah memperoleh penghasilan sendiri. Saya mulai melakukan hal tersebut agar keinginan saya bisa terpenuhi dan saya bisa menikmati hidup dengan baik. Seiring berjalannya waktu, saya mulai melihat apa yang bisa saya capai. Memiliki pekerjaan yang bisa saya nikmati, kendaraan sendiri, namun penghasilan yang terbatas membuat saya mulai mengeluhkan hal tersebut.
"Oh ya, buat pembaca tau, saya bekerja di salah satu sekolah milik yayasan sebagai pengajar (Guru)".
Ok,,,kembali lagi ke tulisan saya....
Saya mulai berpikir, Seminggu kerja 5 hari, dari pagi pukul 06.45-15.30, kemudian tanggal 25 menerima hasil kerja keras yang tidak seberapa.

Tahun kedua bekerja, ada angin segar yang diberikan oleh yayasan (gaji dinaikan), tetapi setelah mengetahui peningkatannya, yaaaah tidak seberapa juga. Tahun kedua berjalan, saya bisa menabung sehingga punya sedikit lah simpanan buat sewaktu-waktu bisa saya gunakan. Namun hal ini tidak kemudian membuat saya berhenti mengeluh, karena pada dasarnya penghasilan yang saya dapat juga belum bisa memenuhi segala kebutuhan saya secara penuh. Pada bulan Desember saya bisa liburan ke luar kota, kemudian bulan Juni juga liburan ke luar kota. apakah saya berhenti mengeluh? jawabannya pasti tidak, karena setelah liburan semua tabungan saya habis. 

Ok....masuk tahun ketiga, gaji saya naik juga. Kali ini lebih baik dari yang sebelumnya. Saya bisa sering jalan-jalan ke banyak tempat di Ambon, kemudian bisa nabung yang lebih banyak. Main ke pulau bersama teman-teman, dan pada tahun ini, saya lebih menikmati hidup. Bulan Desember ke luar kota, bulan Juni juga sama. Namun yah sama saja hal yang saya lakukan. Masih tetap dengan pengeluhan yang terus ada di dalam kehidupan saya. Ketika saya sudah mulai menikmati apa yang sementara saya lakukan, di sisi lain banyak tuntutan yang harus saya penuhi dan selalu menyita waktu dan uang yang saya punya.

Tahun keempat, hal yang sama terus saya lakukan "mengeluh dan terus mengeluh" segala hal yang saya kerjakan belum bisa membuat saya menjadi puas dengan pencapaian tersebut. Saya selalu menuntut lebih dan terus lebih. Dari pengeluhan ini, muncul yang namanya tidak pernah puas dengan apa yang sudah dimiliki. Selalu menginginkan peningkatan yang harus selalu terlihat. Tahun keempat saya kerja hampir selesai dan ketika saya berada di satu titik yang saya alami dalam hidup saya, disitulah saya mulai berpikir. Ketika saya kembali melihat ke belakang, saya baru tersadar bahwa selama ini saya selalu mengeluh karena rasa tidak puas akan apa yang saya sudah capai. Melihat lagi ke belakang, bahwa saya diberikan kesempatan untuk bekerja dengan kenyataan bahwa banyak sarjana yang masih menganggur, diberikan pengahasilan yang lebih besar dari sekedar mereka yang hanya tukang sapu jalanan (tapi mereka selalu tersenyum dan bersyukur). Saya lebih beruntung dari banyakan orang yang mau makan saja berpikir keras, tetapi saya bisa berlibur setahun dua kali. Bisa memiliki kendaraan sendiri sedangkan masih banyak orang yang menguras tenaga untuk berjalan ke tempat tujuan.

Ketika memasuki tahun kelima saya bekerja di Ambon, saya mulai sadar bahwa begitu banyak hal  yang selama ini saya lupakan sehingga saya tidak pernah puas dengan apa yang saya punya dan akhirnya saya hanya bisa mengeluh. Saya sudah punya segala sesuatu. Mau jalan-jalan saya bisa, mau beli yang saya mau juga bisa, punya uang, punya barang-barang bermerek. Dari situ saya tersadar bahwa hal yang perlu saya lakukan ialah bersyukur dengan segala yang telah saya  dapat selama ini. Tidak banyak orang yang beruntung seperti saya dan tidak banyak orang yang bisa menikmati hidup seperti saya. 

Satu hal yang saya dapat bahwa, ketika saya mulai untuk bersyukur, maka saya akan merasakan dan lebih meengerti tentang menghargai. Ketika saya dapat menghargai segala yang telah saya dapat, berarti saya dapat berterima kasih atas apa yang telah saya nikmati.
Tidak ada alasan yang dapat dijadikan sebagai pengeluhan, karena ketika kita terus dalam pengeluhan, yang pasti kita tidak akan pernah bisa melihat bahwa berkat dan anugerah itu lebih besar.

BELAJARLAH UNTUK TERUS BERSYUKUR, KARENA DENGAN DEMIKIAN KAMU AKAN MENGHARGAI SEGALA HAL YANG TELAH KAMU MILIKI
                                                                                                                           Edson'S