Kamis, 12 Agustus 2010

TERSENYUMLAH

Senyuman adalah sesuatu yang terindah bagi siapa saja yang mendapatkannya, karena senyum merupakan ekspresi dari hati atas kesenangan atau kegembiraan yang dirasakan sang pemilik senyum itu sendiri, akan tetapi terkadang sulit bagi kita untuk berbagi senyuman kepada orang yang tidak kita sukai, meskipun kita paksakan untuk tersenyum tapi biasanya orang akan berkomentar kok senyumnya kecut sih, tapi setidaknya ketika kita terseyum meskipun kecut kita telah bisa berbuat yang terbaik untuk diri kita sendiri dengan cara membuang energi negatif yang sedang menaungi perasaan pada waktu itu.

Meskipun kita sedang menghadapi masalah seberat apapun dalam hidup ini, dengan sebuah senyuman dan keyakinan akan bisa mengurangi beban dalam pikiran atau perasaan kita, Semua orang punya masalah tapi cara penyelesaiannya yang berbeda tentunya hasilnya pun akan berbeda . Seberat apapun masalah dalam hidup ini apabila kita hadapi dengan senyuman secara psikologis beban itu telah terkurangi.

Jangan tersenyum hanya karena terpaksa, karena dengan begitu arti senyum itu tidak akan tersampaikan dengan sepenuhnya.

Berikan senyum yang paling indah yang kamu miliki agar dengan senyum itu orang lain bisa terberkati dan orang lain yang melihat senyum itu bisa menjadi senang dan tersenyum juga.


INDAH PADA WAKTUNYA

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.(Pengkhotbah 3:11).

Itulah Allah yang tidak pernah dapat kita selami sampai kedalam pikiran-Nya yang begitu sungguh luar biasa bagi kita umat mausia. sungguh mulia dan ajaib segala yang telah dipersiapkan untuk kita mulai dari saat kita lahir ke dunia sampai pada saat kita kembali ke tempat darimana kita berasal.

Terkadang ketika kita berada dalam masalah yang membuat kita menjadi down, kita sering berpikir bahwa Tuhan tidak pernah ada untuk membantu kita supaya bisa keluar dari segala kesulitan yang kita hadapi. Padahal sebenarnya kita tidak sadar bahwa Tuhan itu selalu dan selalu ada menyertai kehidupan kita. Bahkan sampai pada hembusan nafas kita, Tuhan juga yang mengatur. Bukan berarti Tuhan tidak ingin agar kita diberikan jalan keluar akan segala masalah yang kita hadapi, tetapi melalui semuanya ini, Tuhan ingin agar kita bisa belajar untuk menghadapi masalah yang sedang kita alami dan terlebih dari itu kita bisa selalu bersandar dan berharap hanya kepada-Nya.

Dia telah menyediakan segalanya dalam kehidupan kita. Dia telah mengatur segalanya sedemikian rupa untuk kita. jangan pernah kita berpikiran bahwa Tuhan tidak pernah memperhatikan kita selama kita menjalani hidup ini, karena mata Tuhan selalu tertuju pada diri kita dan rencana dan rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera. Segala yang telah dilakukan Tuhan pasti akan INDAH PADA WAKTUNYA


BERSERAH BUKAN PASRAH

Permasalahan hidup semakin rumit dan komplek terkadang membuat sebagian dari kita putus asa dan cenderung pasrah kepada nasib yang sedang menimpa, meskipun kita semua tahu bahwa tidak ada masalah serius yang tidak ada jalan keluarnya kalau kita mau berusaha, tapi kebanyakan orang kurang sabar dan terburu-buru ingin segera keluar dari permasalahan hidup yang sedang terjadi akibatnya mengambil jalan pintas yang berakibat fatal dengan tidak tercapainya tujuan atau malah cenderung pasrah pada nasib.

Berserah dan pasrah kalau dilihat hampir mempunyai kemiripan akan tetapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda, sikap berserah diri adalah sebuah sikap yang menyerahkan segala sesuatu kepada sang pencipta setelah seseorang melakukan perjuangan atau berusaha secara maksimal karena sadar sebagai hamba tidak pernah akan bisa menentukan hasil dari aktifitas pekerjaannya hasil yang menentukan adalah Sang pencipta, tetapi tidak lepas dari kerja keras manusia. Sedangkan pasrah adalah sebuah sikap atau perbuatan dengan balutan putus asa sehingga ada kecenderungan berserah total pada apa yang akan dia terima tanpa berusaha memperjuangkannya.

Sebagai Manusia kita bebas memilih dari kedua sikap tersebut, tapi alangkah baiknya kalau kita menjatuhkan pilihan kita kepada sikap berserah diri bukan pasrah, sekali lagi tidak ada Masalah yang berat yang tidak ada jalan keluarnya ketika kita mauberusaha bekerja keras untuk menyelesaikannya.

LAKUKAN APA YANG MENJADI BAGIAN KITA.....SELEBIHNYA DARI ITU, SERAHKAN KEPADA TUHAN DAN BERSERAHLAH SELALU KEPADA-NYA.

SEGALANYA TIDAKLAH GAMPANG

sebagai manusia, terkadang kita selalu mampu untuk mengeluarkan pendapat tetapi sulit untuk kita bertindak seperti apa yang dikatakan. sama halnya dengan saat kita dihadapkan oleh subuah pilihan yang harus kita buat untuk sebuah kebaikan. mungkin saat kita tidak berada dalam posisi yang seperti ini, kita berpikiran bahwa hal ini tidaklah sulit. semuanya itu akan berubah ketika kita berada dalam posisi terebut.
menentukan pilihan yang mambuat semua orang tidak terkena dampak keputusan yang kita buat juga merupakan satu hal yang cukup berat untuk diputuskan. ketika kita sudah siap untuk memutuskan, maka kita juga sudah harus siap untuk menerima segala resiko yang akan kita jalani dengan keputusan yang kita buat.
mungkin kita menganggap hal ini sesuatu yang begitu mudah, akan tetapi jangan sekali-kali kita menggap bahwa kita bisa melakukan segalanya. kita harus sadar bahwa kita adalah mahkluk yang terbatas dengan segala apa yang telah kita miliki.
keputusan yang terbaik akan membuahkan hasil yang baik. oleh sebab itu, jangan salah dalam menentukan keputusan yang kita buat.

Kebajikan Dimulai dari Diri Sendiri

Saat ditanya oleh siswanya, "Bagaimana seseorang bisa mengembangkan karakter moral yang baik ? "Konfusius menjawab "Kebajikan dimulai dari diri sendiri." Ketika seseorang mulai menekankan pada pengembangan moral, itu adalah awal kebajikan dan kebijaksanaan seseorang. Keindahan hakiki adalah saat seseorang memperkaya karakter moralnya, dan manifestasinya adalah kebaikan dan ketulusan. Perbedaan antara orang bajik dan penjahat tergantung apakah ia memupuk karakter moralnya atau tidak. Berikut ini adalah tiga cerita pada kultivasi karakter moral seseorang.

Orang Bijaksana Mampu Menyebarkan Kebajikan di Mana-mana

Dahulu kala, Para petani di Gunung Li menyerang perbatasan suatu lahan pertanian milik orang lain. Shun, salah satu dari nenek moyang budaya Tiongkok, pergi ke kaki Gunung Li untuk bertani. Setelah satu tahun, insiden seperti itu tidak terjadi lagi. Di waktu lain, para nelayan di tepi Sungai Kuning saling bersaing untuk pembagian wilayah sungai. Shun pergi ke sana untuk menjadi nelayan. Setahun kemudian, para nelayan belajar menghormati orang yang lebih tua. Di Daerah Yi bagian Timur, pembuat keramik sering menghasilkan produk-produk berkualitas rendah. Shun pergi ke sana untuk menjadi pembuat keramik. Setahun kemudian, keramik yang dihasilkan di daerah itu memiliki kualitas yang baik. Konfusius memuji, "Pertanian, perikanan, dan pembuat keramik diatur oleh Shun. Shun pergi ke tempat-tempat itu untuk mengajar orang-orang pertanian, menangkap ikan, dan memproduksi keramik. Shun menyentuh hati rakyat dengan kejujuran, kepercayaan, baik hati, dan perilaku berbudi. Orang-orang bersedia belajar dari dia. Ini adalah bagaimana seorang bijak mencerahkan orang. Seorang bijak mengajarkan kebajikan melalui tindakan-tindakannya. "

Ketat Terhadap Diri Sendiri, Namun Toleransi kepada Orang Lain

Selama Musim Semi dan Gugur, dan Negara dalam Periode Perang, Penguasa Jin menyerang Penguasa Chu. Meskipun tentara Chu mundur sembilan puluh li (satuan jarak Tiongkok), pasukan Jin terus melanjutkan serangan mereka. Pejabat tinggi Chu memohon kepada Raja Chu, "Mohon untuk kita membuat serangan balasan". Raja Zhuang dari Chu menjawab, "Ketika Raja sebelumnya memerintah, Jin tidak menyerang. bagaimanpun, sekarang Jin menyerang kita selama aku berkuasa di Chu. Ini salahku. Jika saya perintahkan untuk serangan balasan ke Jin, pejabat tinggi Chu akan dipermalukan dan sakit hati. Bagaimana aku bisa membiarkan itu terjadi?

"Para pejabat tinggi menjawab," Ketika Raja sebelumnya disini, Jin tidak menyerang Chu. Namun, sekarang kita adalah pejabat tinggi, Jin menyerang kita. Ini adalah kesalahan kita. Harap kaisar mengizinkan untuk membalas serangan mereka. " Raja Zhuang dari Chu menundukkan kepala dan menangis tersedu-sedu untuk sementara waktu. Kemudian dia bangkit dan memberi sikap hormat kepada masing-masing pejabat tinggi.

Setelah mendengar apa yang terjadi di Chu, orang – orang Jin berkata, "Raja Chu dan pejabat tingginya semua bisa mengakui kesalahan mereka, dan Raja Chu rendah hati dan sopan kepada para pejabat tinggi. Jelas mereka semua bersatu, dan pasukan mereka berada dalam kondisi prima. Oleh karena itu, kami mungkin tidak dapat menaklukkan Chu. "Akibatnya, pasukan Jin mundur dalam semalam dan kembali ke Jin.

Konfusius memberi ulasan mengenai insiden ini, "Dengan beberapa kata, Raja Zhuang Chu mampu menahan pasukan musuh di teluk. Karena Raja dan pejabat pemerintah menempatkan pentingnya kultivasi karakter moral mereka, bangsa hidup dalam damai. Hal ini tidak mengherankan bahwa negara Chu akhirnya menjadi negara yang kuat. Prinsip ini dinyatakan dalam sebuah puisi dari Puisi Klasik - 'Dengan memperlakukan semua orang walau yang dekat ataupun jauh dengan toleransi dan kerendahan hati, bangsa akan stabil '. "

Ketika orang bijak bertemu situasi apa pun, terutama selama dalam kesulitan, ia harus mengingatkan diri dengan kebenaran dan ketat terhadp diri sendiri. Di permukaan tampak dia memelihara prinsip-prinsip kebenaran, tetapi kenyataannya ia menjaga hatinya sendiri dan nalurinya. Dia harus selalu ingat untuk melaksanakan tugasnya dengan tenang dan hati damai , bersikap tegas dengan dirinya sendiri, tetapi memperlakukan orang lain dengan toleransi, dan memperlakukan semua makhluk dengan belas kasih.

Pada suatu kesempatan, murid-murid Konfusius sedang mengadakan diskusi. Beberapa siswa berbicara tidak tenang, menggunakan bahasa yang keras dan ekspresi wajah dramatis. Zi Zhang berkata, "Ketika membahas suatu masalah, Konfusius memberi sebuah contoh. Ketika guru kita berbicara, dia berbicara perlahan, lembut, dan tegas. Sikapnya tegas dan hormat. Dia mendengarkan dengan tenang sampai ia mengerti apa yang orang katakan, kemudian ia mengungkapkan pendapatnya dengan hati-hati dan tenang. Dia menempatkan dirinya dalam diri orang lain, dan sederhana dan sopan. Pemikirannya sangat baik dan menyesuaikan dengan etika sosial yang ditetapkan.

Dia berwawasan luas dan toleran terhadap orang lain. Karena dia mempraktekkan apa yang ia ajarkan, dia mampu menyebarkan pemikirannya mengenai moralitas dan keadilan. Ketika membahas sebuah masalah, orang-orang yang moralnya rendah cenderung banyak komentar dan sombong, dan suka membahas kesalahan orang lain. Ketika mereka berbicara, mereka sering menatap dan melemparkan kata-kata dengan cepat dan fasih. Mereka berbicara dengan emosi dan tidak rasional, dan sikap mereka adalah keras kepala. Ini bukan cara bicara seorang yang berbudi luhur. Kita harus belajar dari Konfusius. "

Zi Xia bertanya pada Konfusius, "Apakah orang berbudi luhur dinilai dari kata-katanya?" Konfusius menjawab, "Seorang berbudi luhur memiliki tingkat rasionalitas tinggi. Orang yang memiliki pengetahuan luas tetapi tidak memahami alasan di baliknya tidak dapat memenuhi standar orang berbudi luhur yang mencari pengetahuan sejati. meskipun kata-katanya bijaksana dan berlimpah, mereka masih tidak dapat membuat orang mendengarkan. Seseorang dengan nilai-nilai moral yang tinggi harus menghormati orang lain; ini adalah cara untuk menjaga moralitas tinggi. Seseorang yang memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan harus berpikiran terbuka dan rendah hati; ini cara untuk menjaga kecerdasan dan kebijaksanaan. Seseorang dengan pengetahuan luas perlu untuk mengingatkan diri pada kurangnya pengetahuan; ini adalah cara untuk menjaga jati dirinya. Dengan menahan diri, orang selalu menyisakan ruang dalam hatinya.

Tidak Semua Kebaikan Dilakukan Orang Baik

Tidak semua orang yang melakukan hal baik adalah orang baik.
Dan tidak semua orang baik melakukan kebaikan.
Tidak semua kebaikan yang dilakukan adalah hal baik.
Begitupun semua hal baik yang dilakukan belum tentu adalah sebuah kebaikan.

Meskipun semua orang ingin menjadi baik dan mencari kebaikan,
tapi diakui atau tidak diakui, saat ini tidak ada nilai baik yang standar.
Nilai baik selalu dilihat dan dicerminkan berdasarkan apa yang di anggap baik oleh si penilai.
Biasanya berhubungan dengan ketidakmampuan dan harapan si penilai.

Pertanyaannya adalah, mengapa tidak ada nilai standar baik?
Dan jawabannya adalah, karena baik dan tidak baik bukan sesuatu yang bisa dan bukan sesuatu yang harus dinilai oleh orang yang tidak bersangkutan.
Kebaikan pada akhirnya akan mengacu pada ketulusan. Dan saat memahami ini, semua orang pasti setuju bahwa ketulusan hanya bisa diketahui oleh si pelaku itu sendiri.

Dalam kebanyakan hal, kebaikan seharusnya mengacu pada kepentingan orang lain.
Ada orang melakukan kebaikan karena ingin merasa lebih baik dan lebih berguna.
Ada orang melakukan kebaikan karena merasa iba dan merasa lebih.
Ada orang melakukan kebaikan karena merasa tidak tega.
Ada orang melakukan kebaikan karena mencari popularitas dan image.
Ada orang melakukan kebaikan karena kepentingan yang dipolitisir.
Dari alasan yang paling mulia hingga yang paling nista, hampir bisa dikatakan semua kebaikan yang dilakukan adalah demi kepentingan diri sendiri. Kepentingan orang lain hanyalah sebagian kecilnya.

Lantas salahkah sebuah kebaikan? Tidak.
Dengan alasan paling nista sekalipun, sebuah kebaikan tetaplah sebuah kebaikan, meski mungkin bukan hal baik dan tidak dilakukan oleh orang yang baik.
Yang salah adalah apabila kita yang sok menilai baik dan buruknya seseorang.

Percayalah, orang yang paling tidak baik sekalipun, pasti pernah melakukan satu kebaikan.
Maka, silahkan lakukan banyak kebaikan, tapi tak perlu menilai baik dan buruknya orang lain.